Pantai Anjlok, Sebuah Negeri dalam Dongeng

Untuk sampai di sebuah tempat seperti dikisahkan dalam dongeng itu, kami harus menyeberang laut.

Di depan mata, ombak bergulung-gulung. Menjadi orang yang sudah lupa cara berenang, ini adalah ancaman besar. Tapi jika ingin ke sana, mau tak mau harus menyeberang.

Lalu bagaimana?

Ya karena itulah kami harus menyewa perahu, dengan mesin Yamaha.

Maka, Cakra dan Ari bergegas melakukan negosiasi dengan pemilik perahu yang telah berjajar di pinggir pantai. Nakhoda yang paling handal yang harus disewa jika tak ingin karam di dasar laut.


Pantai Anjlok Malang
Perahu yang akan untuk menuju pantai Anjlok
Seperti yang diduga, harga sewa perahu untuk pulang-pergi seharga 50 ribu per orang. Itulah kenapa saya katakan ditulisan sebelumnya (Pantai Lenggoksono), masing-masing harus bayar 175 ribu; selain untuk biaya transportasi, uang itu untuk bayar sewa perahu.

Perahu yang kami sewa ini sejatinya hanya sebuah perahu kecil memiliki panjang kira-kira 5 meter dan lebar 1 meter. Kendaraan tempur ini yang akan membawa kami membelah ombak yang telah menantang di depan sana.

Saya ragu dan takut. Tapi saya berdoa saja semoga perahu kecil ini tak terbalik ketika bertabrakan dengan ombak. Doa apa saja yang saya hafal saya rapal. Sekali lagi, berharap tak terjadi suatu apapun.

Mesin telah berbunyi. Sang nakhoda telah memutuskan mengajak kami menantang tantangan.

Ombak bergulung-gulung datang bergantian. Menakutkan, seperti mulut buaya yang siap menelan kami.

Sang nakhoda dengan teori rumit yang tak dipahami orang biasa mulai maju menabrak ombak. Yang saya pahami hanya sekedar; perahu digiring menuju sisi paling rendah dari ombak yang menggulung tinggi itu.

Saya lihat strateginya seperti tim sepak bola melakukan serangan balik. Perahu kadang melaju cepat kandang lambat; harus cepat jika ombak masih jauh di depan. Bagaimanapun benturan tak bisa dihindarkan. Perahu hampir terjungkir lalu jatuh, byaaarr..... air masuk ke dalam perahu tapi kami masih selamat. Nakhoda menggenjot gas Yamaha-nya lagi. Begitu selanjutnya. Sangat menyiksa tapi juga seru. Nanti di akhir tulisan, saya kasih sedikit cuplikan videonya.

Saya sempat tak yakin sampai ke negeri dongeng jika begini terus kondisinya. Tapi syukur, masa-masa sulit itu tak berlangsung lama. Setelah menaklukkan beberapa puluh ombak yang mengancam nyawa kami, sampai di tengah, suasana cukup tenang. Eh, setenang hati seorang lelaki yang jika telat membalas SMS, tapi kekasihnya tidak marah. Sesederhana itulah ketenangan bagi sebagian laki-laki.

Keindahan laut bisa dinikmati setelah itu. Hamparannya yang luas, birunya. Tapi ngomong-ngomong dari mana asal air yang demikian banyak ini, ya?

Tuhan, begitu cintakah Engkau pada air sehingga banyak sekali Engkau menciptakannya? Apakah Tuhan senang bermain dengan air? Air mata, keringat, sperma, umbel, ludah, es degan, es jeruk, air galon, semuanya air.

Kalau tidak salah perkiraan, selama 10 menit kami berada di atas laut yang megah itu. Mendekati daratan, di depan sana terlihat air terjun. Itulah negeri dalam dongeng.

Dan akhirnya sampai di bibir pantai, saya berdiri sejenak memastikan ini bukan mimpi. Air terjun itu tampak sombong. Baru sekali ini saya melihat ada air terjun di pantai. Air tawar dan air asin bertemu. Di tempat seperti ini, konon, doa apapun akan mudah dikabulkan sama Allah SWT. 

Termasuk doa agar orang tua dia merestui hubungan kita?

Mungkin.


Pantai Anjlok Malang
Pantai Anjlok
Pantai Anjlok Malang
Air Terjun di Pantai Anjlok
Pantai Anjlok Malang
Air Terjun di Pantai Anjlok
Pantai Anjlok Malang
Harapan setiap pencinta, 'Marry Me!'
Air terjun Anjlok airnya itu anjlok dari bukit setinggi 5 meter. Mungkin karena ada air terjun ini, pantai yang sedang saja pijak ini memiliki nama Pantai Anjlok.

Anjlok, dalam bahasa Indonesia bisa sedikit dipadankan dengan melompat namun tidak sepenuhnya tepat. Anjlok, dalam bahasa Jawa, turun langsung dari ketinggian tanpa bantuan alat apapun. Jlok... sampai dasar. Anjlok adalah melompat tapi khusus untuk turun dari tempat yang lebih tinggi. Sementara ‘Melompat’ bisa digunakan ketika naik ataupun turun. Kira-kira, begitulah.

Dan bukit yang menjadi media air terjun Anjlok itu bisa didaki. Di sebelah air terjun terdapat tali yang menjulur ke atas.

Saya juga naik. Di atas bukit itu ternyata ada tempat genangan air. Bolehlah dikatakan danau kecil. Danau di atas langit.. biar lebih dramatis dan puitis karena sejak tadi saya menulis ini selalu demikian.

Ini nyata. Ada pemandangan aneh jika Anda melihat alam dari sudut pandang saya saat ini. Di sini ada danau, di sana ada laut, dalam satu sapuan pandangan.


Pantai Anjlok Malang
Danau Pantai Anjlok
Pantai Anjlok Malang
Air Terjun Pantai Anjlok dari atas
Pantai Anjlok Malang
Anak-anak main anjlok-anjlokan
Benar seperti negeri dalam dongeng, bukan?

Anak-anak kecil suka main anjlok-anjlokan di danau yang katanya memiliki ke dalam 6 meter ini. Mungkin karena anak-anak kecil ini pantai ini dinamakan Pantai Anjlok. Ganti lagi! Ah, tapi apalah arti sebuah nama.

Saya dan kawan-kawan menikmati tempat ini tidak kurang dari setengah jam. Setelah itu, kami akan melanjutkan perjalanan lagi.

Berikut ini cuplikan membelah ombak ketika melanjutkan perjalanan. Apakah masih ada negeri dalam dongeng lagi selain di sini? Ada. 


1 Comments

  1. indah sekali pemandangannya. seindah romantika cinta. hhh

    ReplyDelete