Akhirnya Aku Wisuda Juga!

Wisuda Universitas Brawijaya

21 November 2015

Akhirnya aku wisuda juga.

Hari ini adalah sebuah penanda saya telah menaklukkan mimpi yang dulu sempat saya kira tak mungkin.

Membutuhkan tujuh tahun untuk menyelesaikan ini—menyedihkan—tapi adalah sebuah kebanggaan yang agung; lulus sebagai sarjana Sastra Inggris.

Dulu pelajaran Bahasa Inggris, semasa masih di pesantren, adalah sesuatu yang menakutkan, menjengkelkan. Sekali lagi, pada akhirnya saya lulus kuliah dan mendapatkan gelar sarjana Sastra Inggris. Bukankah ini mengagumkan?

Saya masuk di Universitas Brawijaya, Malang tahun 2008 lewat jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) yang diadakan serentak oleh pemerintah. Kalau tak salah waktu itu cuma bayar 100 ribu untuk mengikuti ujian ini.

Bagi anak pesantren, santri semacam saya, masuk perguruan tinggi negeri masih seperti mitos.  Jadi kalau saya ingin memecahkan mitos itu harus benar-benar berjuang keras.

Ya, saya harus menyiapkan seluruh materi yang akan diujikan. Tak pernah saya ikut kursus privat dan semacamnya. Semuanya saya pelajari sendiri.

Ada satu pelajaran yang meski saya baca dengan tekun, saya pikir hingga galau, tak pernah saya pahami. Pelajaran apa itu? MATEMATIKA.  Saya pun minta diajari sama ahlinya, Akhmad Hadi Yudha Amrullah. Dia lulusan SMAN I Bojonegoro. Tapi tetap saja tak paham. Ya, sudahlah!

Saya ingin masuk Sastra Inggris Brawijaya. Itu pilihan pertama. Yang kedua, di UIN Malang. Alternatif lain, Bahasa Arab di Universitas Negeri Malang lewat jalur mandiri. Untuk yang terakhir saya yakin bakal diterima dan benar diterima, tapi saya tinggalkan.

Singkat cerita waktu ujian tiba. Soal Matematika tidak saya kerjakan, seluruhnya, daripada salah. Soalnya, dalam ujian ini jika salah akan kena penalti satu, tak diisi kosong, dan benar dapat dua poin.

Betapa terkejutnya ketika nama saya ada di antara salah satu yang lulus. Entahlah, ini seperti keajaiban.

Awal masuk kuliah, mereka para dosen Sastra Inggris begitu kemlinti semua; kalau ngomong di depan kelas selalu pakai bahasa Inggris. Saya di sini belajar mulai awal, mana mungkin saya paham. Kalian bisa membayangkan betapa plonga-plongonya saya. Seperti saya bilang, selama di SMA pesantren, pelajaran Bahasa Inggris adalah sebuah hal yang menakutkan.

Entah kerasukan setan apa saya kok begitu ngebet masuk Sastra Inggris. Yang pasti di akhir-akhir berseragam putih-abu-abu, karena harus menyiapkan ujian akhir nasional [EBTANAS], saya intens bersentuhan dengan bahasa Inggris. Semakin saya pelajari, semakin membingungkan kepala.

Sementara itu saya punya teman namanya Dina Kamila dan Ahmad Saifuddin. Dua orang ini boleh dikatakan master dalam pelajaran bahasa 'orang Londo'. Dua orang ini sempat berpacaran, sangat romantis. Kalau surat-suratan mungkin selalu pakai bahasa Inggris. Intinya, di akhir sekolah saya ingin menguasai Bahasa Inggris, pinter seperti dua orang di atas.

Pertama-tama di bangku kuliah saya kaget. Tapi bersama dengan berjalan waktu, saya mulai bisa mengimbangi. Semakin lama terkadang saya mengungguli sebagian mahasiswa. Buat saya itu adalah pencapaian besar. Aduhai, cerdas amat otak saya waktu itu.

Hingga semester tujuh kuliah berjalan lancar jaya hingga PKL di PSD H.B Jassin Jakarta. Setelah itu petaka datang, yang hampir menghancurkan hidup saya. ........ *sensor

Dengan segala akibatnya, kuliah molor. Semester delapan sudah lewat, sembilan, sepuluh, saya sungkan minta biaya kuliah sama orang tua. Terpaksa bekerja sementara kuliah belum tuntas. Pernah saya bayar kuliah untuk satu semester tapi saya tak pernah masuk kampus sama sekali. Skripsi terbengkalai.

Awal tahun 2015, umur kuliah saya tinggal satu semester. Jika skripsi tidak selesai, D.O atau Drop Out. Dua kali saya harus bertemu dekan untuk mendengar kojahan [peringatan] beliau.

Sambil kerja sambil skripsian, banting tulang.

Terima kasih untuk dosen pembimbing saya Ibu Juliati dan Ibu Ni Wayan Swardhani yang selalu sabar membimbing mahasiswanya yang mbeling ini.

21 Agustus 2015, saya ujian tugas akhir. Menyenangkan ketika saya dinyatakan LULUS.



Setelah seluruh hasil belajar saya direkap mulai dari semester satu hingga 14, terkumpul pujian: SANGAT MEMUASKAN. Saya pun puas. Terima kasih.

Wisuda Universitas Brawijaya
Terima kasih untuk semua kawan yang menjadi teman selama kuliah di Malang, Arip, Apenk, dan Pak Topan, Anas, Paman, Farul, dan Bolo Kurowo semuanya.  
Terima kasih untuk @umamboo yang menyediakan fasilitas selama mengerjakan skripsi. 
Wisuda Universitas Brawijaya
Kalau tidak ada orang-orang ini saya akan lupa cara tertawa.
Wisuda Universitas Brawijaya
Hilalia, Acoy, Apenk, Ibam, dua adek tingkat yang saya lupa namanya.

Wisuda Universitas Brawijaya
Habis wisuda berpasang dengan kekasih orang

5 Comments