KH Hasyim Muzadi ini sepertinya orang kaya.
Beliau sering berkunjung ke belahan dunia, mengunjungi negara-negara mulai
timur hingga barat.
Beliau sendiri pernah berujar, “Saya ini kiai
yang suka ngluyur. Semua negara di dunia pernah saya kunjungi, kecuali yang
belum...”
KH Hasyim Muzadi pasti orang kaya. Pada tahun
1992, beliau bisa membangun pondok pesantren untuk mahasiswa di Al Hikam di
Malang Jawa Timur. Sekitar 10 tahun kemudian, beliau mendirikan pondok lagi di
Depok, Jawa Barat: pondok untuk para penghafal Alquran. Kalau bukan orang kaya,
dari mana mendapat dana untuk membangun pondok semegah itu?
Jika seandainya masih ada, Pak Kiai katanya
juga masih ingin bangun pondok lagi di Bogor. Wah, kaya benar!
Faktanya TIDAK demikian.
Kiai Hasyim tindak ke luar negeri bukan untuk
happy-happy demi kesenangan pribadi. Bukan untuk selfie lalu pamer di
instagram. Beliau ke luar negeri untuk mengenalkan wajah islam yang ramah kepada
dunia. Beliau ingin agama islam sebagai agama yang mengajak kepada
kesejahteraan dan kedamaian di seluruh dunia. Islam rahmatan lil alamin.
Keterlibatan Abah Hasyim menjaga kedamaian di
taraf internasional memang sangat besar. Pada tahun 2004, tepatnya pada 23-26
Februari pada tahun tersebut, Abah
menginisiasi pertemuan bertajuk International Conference of Islamic
Scholars. Dalam pertemuan bekerja sama dengan Departemen Luar Negeri Republik
Indonesia ini, Abah mengumpulkan para ulama, cendekiawan, dan perwakilan komunitas
islam dari seluruh dunia. 300 peserta kemudian menghadiri acara ini. 120 di
antaranya adalah undangan dari luar negeri. 20 orang—separuh di antaranya
merupakan tokoh dunia—ditampilkan sebagai pembicara dalam acara tersebut.
Pagelaran acara ini sebagai implementasi
keprihatinan Abah terhadap potensi konflik dan kesenjangan yang sedang atau
telah terjadi antara dunia barat dan timur.
Barat seringkali diklaim sebagai peradaban yang
menekankan pada rasionalisme, liberalisme dan materialisme. Tradisi tersebut
yang mula-mula membuat bangsa-bangsa di belahan barat dipercaya bisa lebih maju
sehingga melahirkan superioritas. Sampai-sampai bangsa dari barat berani
menjajah Indonesia beberapa tahun lalu untuk sekian lama.
Sementara itu bangsa timur lebih dikenal
dengan konsep idealisme, bangsa yang santun, dan kaya dengan nilai-nilai
spiritual. Inferioritas negara-negara timur mulai lahir ketika melihat
negara-negara maju secara faktual terletak di sisi barat. Di belahan timur kebanyakan
dihuni oleh bangsa-bangsa dengan negara yang baru bekembang yang kemudian
mendapatkan sebutan ‘dunia ketiga’. Perbedaan kelas ini telah memengaruhi
hampir seluruh aspek, mulai dari bidang politik internasional, persaingan
ekonomi global, kemampuan pengembangan ilmu pengetahuan dan keunggulan
teknologi.
Superioritas dan inferioritas inilah yang
menjadi sumber konflik di titik awal. Siapa yang akan mendzolimi dan didzolimi.
Siapa penjajah dan yang akan terjajah. Penjajahan yang terjadi memungkinkan
banyak memiliki motif antara Gold, Glory, Gospel.
Ketegangan antara Barat dan Timur diasumsikan
memang tengah terjadi di tengah masyarakat dunia. Asumsi ini diperkuat dengan teori
Samuel Huntington dalam bukunya berjudul Clash of Civilizations (Benturan
Peradaban). Dalam buku tersebut dikatakan tengah terjadi benturan luar biasa
(chaos) antara peradaban barat dan timur. Dunia hanya akan damai jika
kesetaraan antara dua kubu ini tercapai. Di situ juga disebutkan bahwa
eksistensi peradaban islam sedang terancam karena menjadi musuh barat setelah
runtuhnya Uni Soviet pada tahun 1990-an yang berpaham sosialis.
Contoh nyata terkait konflik yang sudah
benar-benar terjadi adalah invasi terhadap negara-negara berpenduduk muslim
seperti di Palestina, Afganistan dan Irak. Meskipun invasi tidak dikatakan
sebagai penghancuran peradaban islam, faktanya yang menjadi korban dalam
konflik ini adalah orang-orang muslim. Apalagi ketika Amerika Serikat menjajah
Irak, mereka tidak melalui mandat PBB (Perserikatan Bangsa-bangsa). Pada
akhirnya tindakan seperti ini membuat keharmonisan hubungan antara dunia barat
dengan timur memburuk. Kesan ketegangan antara timur dan barat yang lain
terjadi setelah terjadi tragedi WTC 11 September 2002 di mana setelah kejadian
itu, teroris islam dituduh sebagai pelakunya.
Kenyataan seperti ini jika terus berlanjut tidak
akan membawa kebaikan. Jika konflik masih terus berlanjut, negara superior akan
merosot kredibilitasnya. Sementara itu, solidaritas antar negara timur yang
merasa punya kedekatan kultur dengan pihak yang didzolimi akan terbangun.
Situasi seperti ini sebenarnya akan semakin membuat runyam situasi dunia
internasional. Maka untuk kepentingan bersama, demi terwujudnya tatanan internasional
yang harmonis, harus ada rembugan untuk menghentikan pertikaian dan mematikan
arogansi pada masing-masing pihak.
Itulah kenapa konferensi internasional islam
sedunia perlu digelar. Menurut Abah, konferensi ini diharapkan bisa meredakan
ketegangan antara dunia timur dan barat. Bersamaan dengan itu, pertemuan ini
juga memiliki tujuan menata umat islam secara internasional dan melahirkan
pemikiran baru yang solusif.
Selain mengundang ilmuwan muslim, acara ini
juga menghadirkan perwakilan dari dunia barat untuk duduk bersama. Kehadiran
mereka ini diharapkan, agar mengetahui seluk-beluk dunia islam dan untuk
menjadi acuan pertimbangan dan khazanah konseptual yang bisa dijadikan
referensi.
Nah, sampai di sini kita mestinya paham Abah
Hasyim terbang ke sana-kemari bukan untuk jalan-jalan. Tapi membawa misi perdamaian
di seluruh pelosok dunia. Seringkali Abah diundang ke acara di luar negeri
sebagai pembicara untuk acara-acara
tertentu. Dan Abah tak pernah lelah mengenalkan agama islam, khususnya islam di
Indonesia, sebagai agama yang penuh dengan kasih sayang pada umat manusia.
Abah bukan orang kaya. Pondok semegah itu
bukan miliknya.
“Saya lahir di dunia dengan tidak membawa
apa-apa. Begitu pula saat saya meninggal, saya tidak akan membawa apa-apa.
Pesantren sudah saya wakafkan, harta sudah saya berikan pada anak-anak saya.
“Saya hanya punya tanah (2x1) di samping
asrama putra untuk dikebumikan nanti.
“Saya titip pesantren [Al Hikam] rawat dengan
baik dan jaga. Karena pesantren adalah ruh agama, bangsa dan negara. Semoga
Allah meridhoi kita semua,” ketika Abah membeberkan jumlah hartanya.
Ya, Abah tidak kaya harta. Tapi beliau kaya
segalanya karena beliau orang yang bertaqwa.
0 Comments