Begini ceritanya pembaca budiman,
Dulu ketika saya masih kecil sering mendengar kata ‘sawanen’. Memang masih kecil waktu itu... aku tak tahu apa itu ‘sawanen’. Yang ada dalam pikiran saya waktu itu, sawanen adalah semacam penyakit yang berbahaya dan menakutkan. Nah, baru hari ini saya tahu apa itu sawanen dan bagaimana indikasinya.
Kembali lagi ke masa kecil saya lagi pembaca yang setia. Waktu itu, saya memiliki pemahaman sawanen adalah penyakit yang disebabkan akibat melihat keranda orang mati. Kok bisa? Ya, karena memang itulah yang diajarkan pada saya oleh orang tua.
Jadi begini, anak kecil itu gak boleh melihat keranda orang mati. Setiap ada rombongan mengiringi keranda jenazah, anak kecil yang belum pupak giginya (belum lepas gigi) seperti saya, langsung disuruh masuk rumah, disuruh memalingkan wajah, menutup mata dan lain sebagainya. Intinya gak boleh melihat.
“Ojo ndelok, mengko sawanen!” begitulah tutur Ibuk saya. Anak kecil dibilang gitu nurut saja.
Apa itu sawanen saya gak ngerti. Kalau kata ‘Sawang’ saya tahu. Sawang itu bekas rumah laba-laba yang tak lagi ditempati. Dan sarang-sarang tak berpenghuni itu atau sawang, mengotori atap rumah atau dinding-dinding rumah.
Dengan pengertian anak kecil yang sangat terbatas, saya pun lalu membuat kesimpulan kalau sawanen yang dibilang itu ada kaitannya dengan sawang. Tentang sawanen saya mengira, orang yang terkena penyakit sawan, tubuhnya akan dipenuhi dengan sawang terutama pada bagian wajah. Saya gak tahu kenapa mempunyai pemahaman seperti itu. Kenapa wajah, ya mungkin wajah memiliki peran paling besar ketika melihat keranda jenazah. Seperti itulah!
Begitulah pembaca, apakah kalian masih mengikuti tulisan ini? Baiklah.
Ternyata pemahamanku waktu itu salah tapi tak salah sepenuhnya, setidaknya sedikit hampir mirip. Tadi malam saya membaca sebuah artikel tentang kesehatan. Dari artikel tersebut saya baru tahu kalau sawanen itu bahasa kedokterannya adalah Epilepsi. Sedangkan di masyarakat umum, Epilesi sering disebut Sawan atau Ayan.
Sawanen atau Epilepsi adalah gangguan saraf yang terjadi di dalam jaringan otak. Gangguan ini bisa menimpa siapa saja sebenarnya, tapi lebih sering dialami oleh anak kecil, khususnya ketika masih bayi.
Indikator yang bisa diketahui dari Epilepsi terdapat sebuah bercak di wajah. Anak yang menderita Epilesi dapat diketahui adanya bercak warna cokelat di wajah. Indikasi lainnya pada penderita Epilepsi yaitu bercak merah yang hampir menutupi bagian wajah; ada juga yang menyerupai jerawat. Nah, inilah yang saya maksud bahwa pemahaman saya tidak sepenuhnya salah. Kalau menurut dokter tanda-tandanya bercak di wajah, tapi kalau pemahamanku dulu tanda-tandanya.... wajahnya penuh sawang. Ah, sudahlah. Lupakan!
Lanjut lagi menurut penjelasan dokter Irawan Mangunatmadja, ahli kesehatan anak Fakultas Kedokteran UI, anak yang menderita epilepsi akan mengalami kejang-kejang sekitar selama lima menit. Kejang ini bisa berhenti tiba-tiba. Ada juga yang cuma bengong lama, tidak bergerak, seperti melamun sangat dalam. Melihat anaknya seperti ini, siapa seorang ibu yang gak khawatir? Itu Epilepsi.
Untuk mengobati gangguan Epilepsi, bisa memberikan obat anti-Epilepsi. Dan begitulah penjelasan dokter tentang Epilepsi yang dulu saya kira penyakit penuh sawang.
0 Comments