Sayangnya KH. Moehaimin Tamam Sudah Pergi
Sayangnya Mbah Moehaimin sudah pergi. Biasanya pondok pesantren akan kehilangan ruhnya mengiringi kepergian kiainya.
Terhitung sudah hampir dua tahun ini beliau pergi. Beliau disemayamkan di ASSALAM II yang terletak di desa Punggur, tak jauh dari ASSALAM I yang terletak di Bangilan.
Kalau boleh berspekulasi, Mbah Moehaimin ini ingin selalu dekat dengan santrinya. Apalagi pondok ASSALAM II yang rencananya untuk gedung khusus putra ini masih dalam tahap pengembangan.
Mbah Moehaimin ini satu almamater dengan Kiai Hasyim Muzadi almarhum. Masih famili juga.
Dua sosok ini punya kesamaan, paling tidak sama-sama bergerak di dunia pendidikan. Mbah Moehaimin mendirikan pondok ASSALAM dan Mbah Hasyim punya Al Hikam Malang dan Al Hikam Depok. Setelah meninggal, Mbah Hasyim juga dimakamkan di tengah-tengah lingkungan pondok: di Al Hikam Depok yang mulai dirintis sekitar tahun 2009.
Saya sendiri pernah nyantri di ASSALAM selama lima tahun, di Al Hikam empat tahun. Meskipun gak jadi santri yang berprestasi, setidaknya saya tahu ke mana arah dua pondok tersebut.
10 tahun lalu saya meninggalkan pondok ASSALAM. Nah, kemarin saya baru saja tilik pondok di Bangilan tersebut sekalian mengikuti acara Haflah Akhirissanah atau perayaan akhir tahun.
Jika Anda setuju dengan pandangan saya, maka Anda akan ikut kagum bersama saya.
ASSALAM memang kalah tua jika dibandingkan dengan pondok-pondok yang ada di sekitar Bangilan. Tapi, kemegahan ASSALAM secara kasat mata ada pada urutan pertama di antara pondok yang lainnya. Demikian juga jumlah santrinya, ASSALAM mungkin pondok paling banyak menampung santri di Bangilan.
Penyataan ini barangkali subjektif sebagai alumni dan saya sendiri tidak pernah menaksir kondisi pondok-pondok di sekitarnya. Tapi, kebesaran ASSALAM bisa dilihat, salah satunya, ketika sedang berlangsung perayaan akhir tahun. Mendadak Bangilan padat. Kendaraan para hadirin dari seluruh penjuru berbaris sedemikian rupa hampir sepanjang jalan pusat 'kota' Bangilan.
Acara sebesar ini tak ada campur tangan dari dewan guru. Mulai pendanaan, setting panggung, acara, semua tanggung jawab santri.
Jika keramaian seperti ini bisa dianggap sebagai kebesaran semu, ASSALAM sebenarnya tak hanya seperti itu. Pondok ini adalah, saya menyebutnya, wadah untuk mendidik, menggembleng, kaderisasi para santri untuk menjadi sesuatu yang bernilai di masa yang akan datang.
Dalam perjalanannya, ASSALAM mengambil atau dibantu pengajar dari luar. Tapi semakin ke sini, dewan guru adalah produk-produk didikan ASSALAM sendiri. Inilah keistimewaan ASSALAM. Sirkulasi seperti ini masih berlanjut hingga sekarang. "Hilang satu, tumbuh seribu," begitu kira-kira pribahasa yang pas untuk menggambarkan sistem pendidikan yang ada di ASSALAM.
Yang mengabdi di ASSALAM insyaAllah ikhlas. Sebab sejak nyantri mereka sudah digembleng bahwa dalam hidup itu 'BERJASALAH, TAPI JANGAN MINTA JASA. '
Jika Anda masuk pondok ini di hari aktif belajar, Anda mungkin akan menemukan banyak hal tidak biasa. Masuklah pondok sekitar habis Isya, Anda akan menemukan banyak santri macam orang senewen.
Mereka menerikkan kosa kata atau kalimat bahasa Arab keras-keras. Bukan kesurupan, memang begitulah cara mereka belajar. Belajar bahasa adalah belajar bersuara.
Dan perlu diketahui, ASSALAM adalah pondok yang menekankan pada pembelajaran bahasa Arab dan Inggris. Bahasa tersebut merupakan alat untuk tahap belajar berikutnya. Selain itu, mereka juga belajar kitab-kitab dasar keilmuan islam, tak ketinggalan pula pelajaran umum. Mudahnya, belajar di ASSALAM adalah proses mendapatkan kunci yang bisa digunakan membuka pintu-pintu keilmuwan yang lebih luas.
Saat saya bekunjung ke pondok kemarin itu, saya menyempatkan salat subuh di masjid. Sepi karena liburan. Ada dua anak kecil, mungkin masih kelas satu SMP, sedang berjamaah subuh berdua. Hati saya kok berdesir. Wajah mereka begitu polos. Masih kecil kok sudah rajin ibadah. Inikah didikan ASSALAM, inikah penerus Indonesia?
Mbah Moehaimin sudah pergi. Beliau melihat ASSALAM dari langit. Beliau bahagia melihat ASSALAM yang terus memapak masa depan. Alfatihah....
Kepada Gus Yunan Jauhar, putra dari Mbah Moehaimin, semoga selalu diberi kekuatan dan pertolongan Allah dalam melanjutkan perjuangan mendidik generasi bangsa ini. Semoga. Amin.
0 Comments